READNEWS.ID, OPINI – Ekonomi ASEAN saat ini menjadi salah satu kawasan paling dinamis di dunia. Dengan lebih dari 660 juta penduduk, ASEAN bukan hanya sekadar pasar yang besar, tetapi juga arena strategis untuk membangun daya saing kawasan. Populasi yang besar dan terus bertumbuh menandakan meningkatnya daya beli masyarakat, sekaligus menuntut pelaku usaha untuk lebih adaptif dan inovatif dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin kompleks.
Di tengah geliat ekonomi ASEAN, posisi Indonesia menjadi sangat sentral. Dengan kontribusi sekitar 40% dari total populasi kawasan, Indonesia bukan hanya menjadi pasar utama, tetapi juga aktor penting dalam produksi barang dan jasa. Ini menjadi keunggulan yang patut dioptimalkan, bukan sekadar karena ukuran, tetapi karena potensi nilai tambah yang dapat diciptakan dari ekonomi domestik.
Namun menjadi besar tidak otomatis berarti kuat. Potensi Indonesia sebagai pusat pasar dan produksi harus diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia, infrastruktur bisnis, dan daya adaptasi terhadap perubahan global. Transformasi dari ekonomi berbasis sumber daya ke ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi menjadi keniscayaan.
Di sinilah KADIN memainkan peran penting sebagai katalisator pembangunan ekonomi yang berdaya saing dan berkelanjutan. KADIN tidak hanya menjadi jembatan antara pengusaha dan pemerintah, tetapi juga agen perubahan yang dapat mengorkestrasi kolaborasi lintas sektor untuk menghadapi dinamika ekonomi yang terus berubah.
Salah satu tantangan utama saat ini adalah menghadapi era VUCA – Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Dunia usaha dituntut untuk tidak hanya tangguh menghadapi guncangan, tetapi juga lincah dalam mengambil peluang. KADIN dapat membantu pelaku usaha mengembangkan strategi adaptif, kolaboratif, dan berbasis data agar tetap relevan.
Di sisi lain, munculnya kesadaran global terhadap keberlanjutan menuntut perubahan paradigma. Pertumbuhan ekonomi yang hanya berorientasi pada profit tidak lagi cukup. Dunia usaha harus mengintegrasikan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance) dalam strategi mereka. KADIN dapat menjadi pelatih utama dalam mendefinisikan ulang apa itu keberhasilan bisnis di abad ke-21.
Sebagai pasar, Indonesia dapat memainkan peran dalam menyerap produk-produk unggulan ASEAN dan sekaligus menjadi panggung eksperimen model bisnis digital. Kebiasaan konsumsi masyarakat yang mulai beralih ke digital membuka ruang luas bagi e-commerce, fintech, healthtech, dan sektor-sektor ekonomi baru lainnya.
Namun sebagai produsen, tantangan Indonesia lebih berat. Kita perlu memastikan bahwa sektor manufaktur dan pertanian dapat naik kelas melalui pemanfaatan teknologi, peningkatan kualitas SDM, serta efisiensi rantai pasok. KADIN dapat menjadi motor penggerak integrasi antara pelaku industri dan dunia pendidikan agar tercipta tenaga kerja yang siap bersaing di pasar regional.
Melalui jejaring ASEAN, KADIN berpeluang memperluas peran strategis Indonesia di kawasan. Mendorong integrasi bisnis lintas negara dan menciptakan pusat pelatihan berskala regional bukan hanya meningkatkan daya saing, tapi juga memperkuat diplomasi ekonomi. Dunia usaha kini menjadi ujung tombak kebijakan luar negeri non-tradisional.