Hal yang sama disampaikan jemaah lainnya yang juga dari Kabupaten Semarang, Mujiono. Ia berharap pihak Garuda bisa mengoreksi kekurangan yang terjadi.
“Saya sendiri mengambil hikmah dari keterlambatan ini,” ujar Mujiono.
Dari informasi yang dihimpun Tim Media Center (MCH) Daerah Kerja (Daker) Bandara, dampak keterlabatan sangat dirasakan pada kloter pertama yang mengalami reschedule jadwal, dikarenakan mereka sudah berada di embarkasi, dan telah meninggalkan rumah. Sehingga, waktu tunggu harus dihabiskan di embarkasi atau di bandara. Sedangkan, bagi jemaah yang belum berangkat masih dapat menyesuaikan waktu keberangkatan dari rumah.
Harapan terhadap perbaikan manajemen Garuda ini ditekankan oleh Ketua Kloter SOC 50, Nor Imanah dan Ketua Kloter SOC-65, Ahmadun. Menurut keduanya, ketepatan waktu menjadi salah satu kepuasan jemaah atau penumpang.
“Kami memang terkena delay cukup lama. Bagi yang rajin membuka informasi di sosmed grup, maka bisa menyesuaikan dengan cepat. Tapi yang jarang buka sosmed, sudah terlanjur berangkat dari rumah. Kami harap Garuda segera berbenah dan mengatasi masalah ini ke depannya, ” ujar jemaah haji asal Yogyakarta, Nor Imanah dari Yogyakarta.
Sedangkan Ahmadun yang berasal dari Demak.mengungkapkan, kloternya hanya terlambat belasan menit saja. Namun demikian ia tetap berharap Garuda segera mengatasi ini, termasuk memperbaiki imagenya. (AHK)