READNEWS.ID, TAPANULI SELATAN – Monumen Benteng Huraba di Pintu Padang, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), jadi saksi sejarah, perjuangan para Pahlawan terdahulu saat lawan agresi Belanda.

Selain saksi perjuangan saat tempur lawan Belanda, 75 tahun silam atau tepatnya 5 Mei 1949, di Benteng Huraba pula 27 Pahlawan yang terdiri dari 11 Mobrig (Brimob saat ini-red), dan 16 TNI, gugur saat pertahankan monumen bersejarah tersebut.

“Maka, semangat patriotisme, bela negara, cinta tanah air, maupun rela berkorban harus kita kobarkan dan wariskan ke anak cucu generasi penerus bangsa Indonesia,” tegas Kapolda Sumatera Utara (Kapoldasu), Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi, SH, SIK, MSi, saat jadi Inspektur Upacara peringatan Hari Juang Benteng Huraba ke-75, Minggu (05/05/2024).

Dalam kesempatan ini, Kapoldasu turut menyampaikan pesan ke segenap peserta Upacara, untuk terus mengobarkan semangat meneruskan perjuangan Pahlawan terdahulu, yang mempertahankan Benteng Huraba dari serangan Belanda.

“Di monumen bersejarah ini, telah terjadi peristiwa pengorbanan darah dan nyawa para Pahlawan terdiri dari Mobrig, TNI, dan masyarakat,” jelas Kapoldasu.

Kapoldasu menjelaskan, sebagai bagian dari anak bangsa, ia juga mengajak ke generasi penerus, khususnya di jajarannya untuk mengisi kemerdekaan agar Indonesia lebih baik. Baginya, para generasi penerus, perlu tahu momentum perjuangan Pahlawan terdahulu di monumen Benteng Huraba.

“Oleh karenanya, saya ucapkan terima atas kehadirannya pada peringatan bersejarah di monumen Benteng Huraba ini,” ucapnya.

Baginya, para prajurit, khususnya di jajaran Tamtama dan Bintara Polri yang masih muda, perlu mengikuti semangat juang para pejuang yang telah mempertahankan Benteng Huraba.

“Maka, mari kita terus memupuk rasa kecintaan pada perjuangan dan bangsa Indonesia,” imbuhnya.

Cinta Tanah Air

Kapoldasu mengaku, bahwa pihaknya selalu menekankan, kecintaan akan bangsa dan negara, harusnya hanya mengharap ridho Allah SWT semata. Tapi hari ini, Indonesia sudah cukup sejahtera dengan bisa menggaji pengabdi negara.

“Untuk itu, kami dan kita semua yang mendapat gaji dari negara, harus terus tulus, ikhlas, dan maksimal dalam melayani masyarakat,” tegas Kapoldasu.

Dewasa ini, bangsa Indonesia, lanjut Kapoldasu, sudah semakin rasakan negara yang semakin baik. Dan tak jarang, sebagai generasi penerus, semua sudah merasakan bahwa bangsa dan negara ini adalah sandaran bersama.