“Selain ditemukan keramik-keramik china, botol-botol dan pipa rokok, yang kita gali tempo hari itu ada bagian juga dari sampel untuk salah satu bastion, Dan ternyata memang masih ada ditemukan sisa-sisa dari reruntuhan bastion, yang adalah bagian dari yang menjorok di setiap sudut sebuah benteng atau kastel.” ujar Wanny.
Berdasarkan literatur sejarah, Kastel Batavia memiliki empat bastion yang semuanya dinamai batu pertama, yaitu Saphir, Parel, Robijn, dan Diamant.
Bastion tersebut diyakini menjadi tempat tinggal para perwira VOC yang ditugasi menjaga pertahanan kastel.
“Dalam bastion itu, kalo kita pelajari dari peta-peta lama yang kami peroleh, itu adalah khusus untuk mayor. Nanti ada bastion lagi untuk kapten dan pejabat tertentu,” imbuh Wanny.
Pakar sejarah dari Universitas Indonesia, Bondan Kanumoyoso (Penulis buku “Beyond the City Wall: Society and Economic Development in the Ommelanden of Batavia, 1684-1740″) mengungkapkan Kastil Batavia pernah digunakan hingga akhir abad ke-18, sebelum akhirnya dibongkar oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels di permulaan abad ke-19 dalam rangka perluasan Kota Batavia.
“Jadi bekas kastel itu sangat mungkin di bagian pondasinya sudah tertutup tanah dan di bagian atasnya sudah diratakan oleh Daendels. Batunya dihancurkan, kemudian materialnya dibuat untuk membangun bangunan di sekitar Lapangan Banteng yang kemudian menjadi Istana Daendels yang sekarang menjadi Kantor Kementerian Keuangan Jakarta,” ujar Bondan.
Dari sini kita dapat menarik kesimpulan, Kastil Batavia tidak hanya menjadi sebuah bangunan bersejarah, tetapi juga merupakan simbol dari masa lalu yang kompleks dan transisi perjalanan panjang bangsa Indonesia.
Dengan mempelajari sejarah Kastil Batavia, kita dapat lebih memahami tentang masa lalu Indonesia, serta menghargai warisan budaya yang kaya dan beragam dari masa lalu.
Kastil ini juga memberikan kesempatan bagi generasi masa kini untuk merenungkan tentang arti pentingnya kemerdekaan, toleransi, dan persatuan dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa ini. (AHK)