“Ini membuktikan bahwa melalui pendekatan yang tepat, WBP dapat berkontribusi secara positif, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat. Langkah ini penting dalam mempersiapkan mereka untuk reintegrasi sosial pasca-masa hukuman,” ungkap Hermansyah.
Ia juga mendorong seluruh lapas di wilayah Sulawesi Tengah untuk mengadopsi metode serupa dalam mengembangkan potensi WBP. Selain itu, Hermansyah menekankan pentingnya kolaborasi antara lapas, masyarakat, dan sektor swasta untuk menciptakan peluang yang lebih besar dalam pemasaran produk.
“Dukungan dari komunitas dan sektor swasta sangat penting untuk memperluas jaringan pemasaran produk-produk WBP. Ini bukan hanya soal menghasilkan produk berkualitas, tetapi juga membangun rasa percaya diri dan nilai diri para WBP,” tambahnya.
Dengan hasil ini, Hermansyah berharap keberhasilan Lapas Palu dapat menjadi inspirasi bagi lapas lainnya di wilayah Sulawesi Tengah, sekaligus mendorong semangat inovasi dalam melaksanakan program pembinaan berbasis produktivitas. Aneka Keripik Pakpas kini menjadi simbol keberhasilan program rehabilitasi dan kemandirian WBP di Lapas Kelas IIA Palu.