Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, Kerajaan Majapahit didirikan pada tahun 1293 oleh Raden Wijaya, seorang menantu dari Kertanegara yang merupakan raja terakhir Singasari. Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan Hindu Budha terbesar di Indonesia yang berdiri pada abad ke 13 hingga abad ke 16 masehi dengan wilayah kekuasaan mencapai hampir seluruh nusantara.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada di tahun 1350 hingga 1389, menjadi puncak kejayaan Kerajaan Majapahit. Semasa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mampu mempersatukan Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) serta beberapa wilayah Filipina.
“Kraton Majapahit Jakarta merupakan replika dari sebagian Istana Raja Majapahit yang pernah ada di Jawa Timur pada tahun 1292-1526 M. Melalui Kraton Majapahit Jakarta, kejayaan Kerajaan Majapahit kembali coba ditampilkan sebagai salah satu bukti bahwa kita adalah bangsa yang besar serta memiliki budaya yang kuat,” kata Bamsoet.
Dosen Pascasarjana Universitas Pertahanan RI (UNHAN) dan Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini menilai keberadaan Kraton Majapahit Jakarta ini sangat dibutuhkan oleh generasi muda Indonesia untuk mengetahui serta mempelajari sejarah bangsa Indonesia. Terlebih, saat ini nilai-nilai global yang datang silih berganti, menghadirkan tantangan bagi eksistensi nilai-nilai kearifan lokal dan budaya bangsa.
“Penting bagi kita semua untuk bersama membangun ketahanan budaya bangsa. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah menjadi pintu masuk bagi paham-paham dan budaya asing. Jika tidak disikapi dengan sungguh-sungguh, maka bukan tidak mungkin, ketahanan budaya kita akan semakin rapuh. Lambat laun kita akan kehilangan satu demi satu akar kebudayaan kita,” pungkas Bamsoet. (AHK)