Abdi menambahkan, bahwa saran atau ide dalam hal perbaikan pola komunikasi itu pula nantinya dapat membuat partisipasi pemilih menjadi lebih baik menjelang pilkada serentak.
“Kami butuh informasi-informasi dari kawan-kawan media untuk memberikan koreksian pola komunikasi kami yang kami sampaikan kepada pemilih, supaya partisipasi pemilih nantinya bisa lebih bagus,” ujar Abdi.
Sementara itu, Jurnalis Tribun Timur, Edi Sumardi, selaku narasumber dalam FGD ini memberikan respons positif terkait tema diskusi bersama pihak KPU Kota Makassar tersebut.
Edi juga membahas bagaimana netralitas media menjelang kontestasi politik, mengingat sejumlah media dimiliki oleh para politisi sebagai pemilik saham.
Meski begitu, kata Edi, profesi jurnalis harus tetap berpegang teguh dan bersifat netral untuk menjaga kode etik jurnalistik.
Edi menambahkan, bahwa Komisioner KPU tidak perlu takut untuk dikritik, mengingat seorang penyelenggara negara memerlukan kritikan untuk membuat suatu hal menjadi lebih baik.
“Jangan pernah takut dikritik, karena Komisioner KPU adalah penyelenggara negara, digaji oleh negara, digaji menggunakan uang atau pajak dari negara, sehingga kami bisa mengkritik,” tuturnya.