Melalui penggalian-penggalian arkeologi, reruntuhan benteng-benteng pertahanan, jalan-jalan batu, dan bangunan-bangunan penting lainnya dapat diidentifikasi bahwa kota ini dirancang dengan tata ruang yang teratur yang mencerminkan kekuasaan dan kontrol yang dimiliki Belanda atas wilayah tersebut.

Arsitektur kolonial Belanda yang megah menjadi ciri khas Kota Tua Jakarta pada masa Batavia seperti bangunan Stadhuis (Gedung Balai Kota) dan Gereja Sion adalah contoh nyata dari gaya arsitektur yang digunakan oleh penguasa kolonial.

Perang, baik lokal maupun global juga meninggalkan jejak yang dalam pada Kota Tua Jakarta. Penggalian arkeologi telah mengungkapkan sisa-sisa senjata, reruntuhan bangunan, dan artefak-artefak lain yang menandakan periode ketegangan dan konflik. Namun, dari puing-puing perang, kota ini bangkit kembali melalui upaya rekonstruksi dan pembangunan kembali infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah kolonial.

Meskipun zaman Batavia telah berakhir, namun warisan kolonial Belanda tetap hidup dalam bentuk bangunan-bangunan bersejarah dan tata kota yang teratur.

Saat ini, Kota Tua Jakarta tetap menjadi daya tarik bagi wisatawan dan penduduk setempat yang tertarik dengan sejarah dan budaya kota ini. Melalui pemeliharaan dan restorasi yang terus dilakukan, kita dapat memastikan bahwa warisan arkeologis dari masa Batavia akan terus dihargai dan dijaga untuk generasi mendatang. (AHK)