READNEWS.ID, KEUANGAN – Mata uang rupiah menghadapi tekanan berat, melemah hingga menyentuh level Rp 17.006 per dolar AS pada Jumat, 4 April 2025.

Pengamat pasar uang dari CELIOS, Ibrahim Assuaibi, mengungkap beberapa faktor utama yang memicu pelemahan ini, mulai dari data tenaga kerja AS hingga kebijakan ekonomi global yang kompleks.

Salah satu penyebab utamanya adalah rilis data tenaga kerja Amerika Serikat yang melebihi ekspektasi.

Kondisi ini memperkuat posisi indeks dolar, sekaligus menekan mata uang negara berkembang termasuk rupiah.

Di sisi lain, Federal Reserve (The Fed) mengumumkan tidak akan menurunkan suku bunga di tengah tingginya inflasi global.

Rencana penyesuaian suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun 2025 sebesar 75 basis poin kemungkinan besar hanya akan menjadi harapan semu.

Selain itu, kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden AS Donald Trump turut berkontribusi pada pelemahan rupiah.

Indonesia, sebagai salah satu negara terdampak, berada di posisi ke-8 dengan kenaikan tarif sebesar 32 persen.

Kebijakan ini berpotensi membanjiri pasar Indonesia dengan produk dari negara seperti China dan Vietnam, yang lebih kompetitif.

Faktor geopolitik di kawasan Timur Tengah dan Eropa yang memanas juga semakin memperburuk kondisi mata uang rupiah.

Ibrahim memprediksi bahwa Bank Indonesia (BI) akan melakukan intervensi besar-besaran pada pasar valuta asing, obligasi, dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) pada Senin, 7 April.

Namun, ia memperingatkan bahwa langkah ini mungkin tidak cukup untuk menahan pelemahan lebih lanjut, yang berpotensi mencapai Rp 17.050 per dolar AS.