Mau tak mau, kondisi ini pada akhirnya membuka ruang diskusi di bukit Tidar.

Menilik bocoran postur rencana perubahan APBD, para wakil rakyat itu menilai eksekutif terkesan kurang mengakomodir pokok-pokok pikiran (Pokir) DPRD hasil temuan reses.

Dan issue ini membuat dinamika rapat siang tadi menanjak.

La Ongke sebenarnya sudah akan berbicara namun saat memegang mikrophone, di meja pimpinan waket ll Jamaludin masih melanjutkan beberapa penjelasan.

Merasa tersela Laongke naik pitam. Aleg utusan dapil Bokan Kepulauan ini agaknya terpancing emosi dan menggebrak meja.

Rapat sempat menegang apalagi setelah membanting mikrophone, dengan langkah lebar La Ongke menuju pintu berniat hendak tinggalkan sidang.

Beruntung suasana panas itu tak lama. Laongke nampak anti klimaks setelah beberapa koleganya merespons.

“Harap kawan-kawan bisa mendudukkan perkara pada porsinya. Rapat ini kita sedang berusaha memperkuat lembaga. Kalau mau bersikap kritis harusnya itu di depan eksekutif, bukan dikalangan sendiri” celetuk seorang aleg.

Hingga berita ini terbit, point-point penting pembicaraan para politisi itu belum diketahui.

Hanya saja secara garis besar di kalangan DPRD sepertinya telah terbangun semacam konklusi untuk menaikkan nilai tawar lembaganya terhadap kebijakan eksekutif. (Sbt)