Pada praktiknya, pelaku usaha yang menerapkan EM akan berfokus pada eksplorasi pasar baru, uji coba produk dengan skala kecil (pilot test), serta mendengarkan umpan balik pelanggan secara terus-menerus. Mereka tak takut gagal, karena setiap kegagalan adalah peluang belajar untuk iterasi berikutnya.

Strategi lain dalam EM adalah membangun jejaring strategis, baik dengan pelanggan, supplier, mitra teknologi, hingga komunitas lokal. Jejaring ini menjadi sumber daya sosial dan intelektual yang memperkuat kapasitas inovatif dan responsif pelaku usaha.

Selain itu, UMKM juga perlu memperkuat branding berbasis nilai. Di era digital, cerita di balik produk, nilai-nilai yang diusung, dan keautentikan usaha jauh lebih kuat dalam membentuk loyalitas dibandingkan sekadar harga murah. EM mendorong narasi personal dan emosional sebagai bagian dari strategi komunikasi.

Entrepreneurial Marketing juga menekankan pentingnya agility—kemampuan beradaptasi cepat terhadap perubahan. Ini membutuhkan pola pikir terbuka, kepemimpinan transformatif, dan budaya organisasi yang mendorong kreativitas.

Pada akhirnya, UMKM harus menyadari bahwa dunia bisnis saat ini bukan lagi milik pemain besar, tapi milik mereka yang paling cepat beradaptasi. Dengan mengadopsi semangat Entrepreneurial Marketing, pelaku usaha tidak hanya mampu bertahan di tengah badai global, tapi juga berpotensi tumbuh sebagai kekuatan ekonomi baru yang tangguh dan berdaya saing.

Kini saatnya para pelaku usaha melihat pasar bukan sebagai ancaman, tapi sebagai lautan peluang. Dan Entrepreneurial Marketing adalah perahu kecil yang lincah, mampu menavigasi arus ketidakpastian menuju pantai keberhasilan.

 

Oleh: Dr. Ir. Ihksan Syarifuddin, ST., M.M
Praktisi Marketing, Direktur Transdata Sulawesi Gemilang – Wakil Ketua KADIN Kota Palu