READNEWS.ID, JAKARTA – Partai Golkar baru saja mengumumkan dukungannya kepada anak sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres Prabowo Subianto pada Rapimnas Partai Golkar, Jakarta, Sabtu (21/10/2023).
Hal ini telah memancing beberapa komentar para pengamat politik dan perbincangan publik terkait adanya politik dinasti.
Bagaimana tidak, nama Gibran mampu menggeser sederet tokoh-tokoh politisi besar yang potensial seperti Airlangga Hartarto, Ridwan Kamil, Erick Tohir hingga Khofifah Indar Prawansa.
Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA mengatakan politik dinasti adalah hal lumrah terjadi di negara-negara demokratis, baik di negara maju maupun di negara berkembang, dan suara rakyat menjadi penentu dalam hal ini.
“Di Amerika Serikat, George H. W. Bush dan anak tertuanya, George W. Bush, keduanya pernah menjadi presiden; sementara anaknya yang lain, John E. Bush, pernah menjadi gubernur di Florida,” kata Denny, Sabtu (21/10/ 2023).
Menurutnya, hal itu terjadi sebagai konsekuensi dari penerapan prinsip-prinsip demokrasi, terutama prinsip persamaan hak.
“Semua warga negara memiliki hak yang sama untuk menjadi pemimpin. Seorang warga, entah ia anak petani atau anak presiden, tak boleh didiskriminasi,” tambah Denny.
Lagipula, menurut Denny, kesuksesan seseorang yang mengikuti kontes politik di Indonesia ditentukan oleh rakyat melalui pemilihan yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
“Pada akhirnya, penentuan terpilih atau tidaknya seorang pemimpin berdasarkan hasil pemilihan umum,” ucapnya.
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya diacara diskusi di salah satu TV swasta, Sabtu 21 Oktober 2023 merespon dinamika politik hari ini dengan mengatakan bahwa, dipilihnya Gibran untuk mendampingi Prabowo merupakan pilihan yang realistis, sebab Airlangga Hartarto yang juga merupakan nakhoda utama Partai Golkar dianggap kurang mumpuni secara elektoral. Menurutnya, survey Airlangga paling tinggi hanya di angka 2%.
Yunarto juga mengungkapkan, tidak dipilihnya Ridwan Kamil diduga dikarenakan Prabowo Subianto menganggap figur ini unggul secara elektoral hanya di Jawa Barat. Sehingga, sosok ini dianggap belum memenuhi unsur pelengkap suara secara nasional.
Menurut Yunarto, Prabowo Subianto sebenarnya berpotensi mendapatkan suara yang lebih besar jika disandingkan dengan Erik Thohir atau Khofifah Indar Prawansa. Karena, keduanya dianggap memiliki basis masa yang lebih riil di lapangan dan akan sepi dari desas desus politik dinasti dan intervensi kekuasaan.
Yunarto mengatakan, Jika Prabowo berpasangan dengan Gibran Rakabuming, kemungkinan parq pemilih Prabowo yang dulu anti terhadap Joko Widodo berpotensi beralih ke pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Dan parq pemilih Joko Widodo dari kelas menengah yang memiliki sifat kritis dalam politik kemungkinan akan beralih ke pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. (AHK)