READNEWS.ID, PEMALANG, – Daerah kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, mengalami fenomena alam hari tanpa bayangan, kejadian matahari berada tepat di atas kepala tersebut membuat kabupaten berjuluk Pusere Jawa Jawa ini, menjadi super panas.
Menurut data BMKG, fenomena ini juga terjadi di sejumlah daerah lainnya di Jateng. Meski disebut hari tanpa bayangan, sejatinya bayangan tidak hilang. Namun bayangan berada tepat di bawah obyek sehingga tidak terlihat, fenomena cuaca ini dikenal juga sebagai fenomena tanpa bayangan atau zero shadow day.
Ini merupakan kondisi saat matahari seolah berada tepat di atas kepala manusia.
Sehingga, membuat obyek yang berada di bawah sinar matahari seolah tidak memiliki bayangan.
Kepala Pusat Astronomi Assalam, AR Sugeng Riadi menjelaskan fenomena ini terjadi tiap tahun.
“Bahasa ilmiahnya itu Solar Transit atau matahari sedang transit, untuk Kabupaten Pemalang dan kota Solo matahari itu seolah berada di atas kedua Kota tersebut,” pada Jum,at (13/10).
“Kira-kira pukul 11.23 WIB untuk 13 Oktober dan jam 11.49 WIB,” imbuhnya.
Dampak terjadinya fenomena tanpa bayangan adalah meningkatnya suhu udara karena seolah matahari berada tepat di atas kepala manusia.
Akan tetapi Fenomena ini ada juga manfaatnya buat kita semua.
“Salah satunya bisa untuk menentukan waktu ibadah Salat Dzuhur bagi umat Islam,” katanya.
Sebagaimana diketahui, patokan waktu awal Salat Dzhuhur adalah ketika matahari mulai tergelincir dari tengah langit.
Manfaat lainnya disebut Sugeng bisa digunakan sebagai kompas penunjuk arah.
Hal itu karena matahari merupakan kompas terbaik.
Saat ditanya apakah ada dampak berbahaya, Sugeng menerangkan tidak ada efek signifikan, seperti hari-hari biasa.
“Dampaknya bagi kulit seperti hari-hari biasa. Dan perubahan suhu itu memang terjadi ketika matahari benar-benar di atas. Jadi pas siang hari, seolah-olah sudutnya begitu frontal,” pungkasnya.
Sementara Di kota Sragen, Jawa Tengah sendiri fenomena ini sudah terjadi lebih dulu, pada kamis kemarin 12 Oktober 2023.
Koordinator Observasi dan Informasi BMKG Ahmad Yani Semarang, Giyarto mengatakan, hal itu karena wilayah Sragen berada di sebelah utara wilayah lain. (Ragil Surono)