“IPI lahir dari permasalahan BKT (Biaya Kuliah Tunggal). Maka itu, kami menolak IPI dan menuntut adanya transparansi dalam pengelolaan UKT,” ucapnya.

Mahasiswa juga menyoroti adanya intervensi yang mereka terima saat menyampaikan aspirasi. “Pada saat dialog kemarin, rektor berjanji bahwa dosen-dosen akan melindungi mahasiswa yang menyuarakan aspirasinya. Namun, hingga kini, kami melihat adanya tindakan represif terhadap mahasiswa yang menuntut permasalahan almamater,” kata Syarif.

Sebagai Wapres BEM, Syarif juga mengungkapkan bahwa mereka mengalami berbagai bentuk tekanan dan intervensi saat berusaha menyuarakan pendapat dan tuntutan mereka.

“Kami mendapatkan intervensi saat mengerahkan aspirasi kami. Ini bertentangan dengan janji rektor bahwa dosen-dosen akan melindungi mahasiswa yang menyuarakan aspirasinya,” lanjut Syarif.

Aksi ini merupakan bentuk kekecewaan mahasiswa UNM terhadap kebijakan yang dianggapnya tidak adil. Mahasiswa berharap dengan adanya aksi ini, pihak universitas dapat lebih peka terhadap keluhan dan tuntutan mereka.

“Kami berharap semua tuntutan kami dapat tercapai. Kami ingin pihak universitas mendengarkan dan merespons tuntutan kami dengan bijak. Ini bukan hanya untuk kepentingan kami saat ini, tetapi juga untuk generasi mahasiswa yang akan datang,” pungkas Syarif.