UMKM lokal juga akan menjadi pihak yang sangat diuntungkan jika ekosistem pariwisata tumbuh sehat. Permintaan terhadap makanan ringan khas, kopi lokal, kerajinan tangan, hingga kebutuhan logistik wisata akan mendorong munculnya pelaku-pelaku usaha baru. Ini artinya, pariwisata bisa menjadi pintu masuk untuk membangkitkan ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja, khususnya bagi generasi muda.
Penting untuk dicatat, pembangunan pariwisata di Sigi tidak bisa hanya mengandalkan pendekatan proyek jangka pendek. Dibutuhkan visi jangka panjang yang menggabungkan promosi, pembangunan infrastruktur, pembinaan SDM, serta pelestarian lingkungan dan budaya. Pemerintah daerah harus menjadi fasilitator utama dengan menggandeng akademisi, komunitas lokal, pelaku usaha, dan investor yang punya visi keberlanjutan.
Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah membentuk cluster wisata yang mengintegrasikan destinasi dalam jalur yang mudah diakses dan dikemas sebagai paket wisata tematik. Misalnya, cluster Lindu-Tambing-Bada untuk wisata alam dan sejarah; cluster Bora-Sibedi untuk wisata kesehatan dan foto; serta cluster Napu-Mantikole untuk agrowisata dan petualangan. Setiap cluster ini bisa dikelola oleh kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang profesional, dengan pelatihan dan pendampingan berkala.
Pemasaran digital juga memegang peran penting. Dengan narasi visual yang kuat, foto dan video destinasi yang dikelola secara profesional, serta sinergi dengan influencer lokal dan nasional, Kabupaten Sigi bisa memperkuat identitas pariwisatanya di era ekonomi digital. Dukungan promosi dari Dinas Pariwisata, Dinas Kominfo, hingga kolaborasi dengan marketplace dan platform perjalanan juga menjadi elemen yang tak bisa diabaikan.
Tentu saja, tantangan tetap ada. Mulai dari keterbatasan anggaran, kesiapan SDM, hingga kebutuhan perbaikan infrastruktur pendukung. Namun jika semua pihak punya visi yang sama, yakni menjadikan Sigi sebagai kabupaten pariwisata yang berdaya saing, maka tantangan ini bisa diatasi satu per satu. Banyak daerah di Indonesia yang dulunya tak dikenal, kini menjadi ikon wisata karena kegigihan komunitas dan dukungan pemerintah yang progresif.
Kabupaten Sigi tidak boleh puas sebagai penyangga Kota Palu. Ia harus berani tampil sebagai tujuan wisata mandiri, yang mampu menawarkan pengalaman berbeda. Dengan perpaduan alam, budaya, dan kearifan lokal, serta pendekatan pariwisata yang inklusif dan berbasis masyarakat, Sigi punya semua bahan untuk menjadi daerah yang tidak hanya indah dikunjungi, tapi juga layak untuk dijadikan model pembangunan daerah berbasis potensi sendiri.
Kini saatnya membangun narasi baru: Sigi bukan hanya kabupaten penyangga, tapi destinasi unggulan Sulawesi Tengah yang sedang menunggu untuk dibuka pintunya kepada dunia.
Penulis: Dr. Ir. Ihksan Syarifuddin, ST., M.M
Praktisi Marketing, Direktur Transdata Sulawesi Gemilang