READNEWS.ID, JAKARTA – Windows Defender merupakan produk bawaan Microsoft, Windows Defender disebut masih sangat layak untuk penggunaan di industri kecil dan rumahan.

Namun, para pakar IT menilai antivirus Windows Defender ini menjadi tak layak untuk melindungi proyek besar sekelas Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2.

Faktanya, Pemerintah seakan hanya bisa pasrah usai PDNS yang di Surabaya tumbang pada 20 Juni lalu akibat ditembus virus ransomware.

Atas penggunaan antivirus gratis bawaan dari lisensi produk Microsoft Windows Defender yang digunakan PDNS, Para pakar IT (Siber) sempat dibuat bingung, Bagaimana mungkin proyek negara sekelas Pusat Data Nasional (PDN) yang telah menelan anggaran sebesar 700 milyar rupiah hanya menggunakan aplikasi gratisan.

Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha pun mengkritik terkait penggunaan Windows Defender yang digunakan PDN.

“Sebuah server enterprise tidak seharusnya tidak mengandalkan perangkat keamanan bawaan dari OS (Sistem Operasi) karena masih banyak perangkat enterprise terkait keamanan siber, baik berupa hardware maupun software,” tuturnya, Jumat (28/06/2024).

“Meskipun Windows Defender masih bisa dipergunakan untuk keperluan rumahan atau untuk industri kecil, tidak seharusnya sebuah data center dengan nilai anggaran sebesar 700 milyar rupiah masih menggunakan perangkat bawaan operating system,” imbuh Pratama.

Seorang pakar antivirus dari Vaksincom, Alfons Tanujaya mengatakan tidak seharusnya sekelas PDNS hanya dibekali Windows Defender.

“Karena performa Windows Defender itu kan basic, dan masa sekelas PDN enggak mampu pakai antivirus selain Windows Defender. Dan tidak ada proteksi tambahan lain seperti Firewall atau Cisco Pix gitu,” ujar Alfons, Jumat (28/06/2024).