Selasa, 26 Nov 2024
xPasang iklan readnews
Iklan di ReadNews Pasti Untung

Pakar IT Bingung, Keamanan Data Sekelas PDN Hanya Pakai Windows Defender

waktu baca 3 menit
Sabtu, 29 Jun 2024 23:41 0 445 Abd Latif

READNEWS.ID, JAKARTA – Windows Defender merupakan produk bawaan Microsoft, Windows Defender disebut masih sangat layak untuk penggunaan di industri kecil dan rumahan.

Pasang Iklan

Namun, para pakar IT menilai antivirus Windows Defender ini menjadi tak layak untuk melindungi proyek besar sekelas Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2.

Faktanya, Pemerintah seakan hanya bisa pasrah usai PDNS yang di Surabaya tumbang pada 20 Juni lalu akibat ditembus virus ransomware.

Atas penggunaan antivirus gratis bawaan dari lisensi produk Microsoft Windows Defender yang digunakan PDNS, Para pakar IT (Siber) sempat dibuat bingung, Bagaimana mungkin proyek negara sekelas Pusat Data Nasional (PDN) yang telah menelan anggaran sebesar 700 milyar rupiah hanya menggunakan aplikasi gratisan.

Pasang Iklan

Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha pun mengkritik terkait penggunaan Windows Defender yang digunakan PDN.

“Sebuah server enterprise tidak seharusnya tidak mengandalkan perangkat keamanan bawaan dari OS (Sistem Operasi) karena masih banyak perangkat enterprise terkait keamanan siber, baik berupa hardware maupun software,” tuturnya, Jumat (28/06/2024).

“Meskipun Windows Defender masih bisa dipergunakan untuk keperluan rumahan atau untuk industri kecil, tidak seharusnya sebuah data center dengan nilai anggaran sebesar 700 milyar rupiah masih menggunakan perangkat bawaan operating system,” imbuh Pratama.

Seorang pakar antivirus dari Vaksincom, Alfons Tanujaya mengatakan tidak seharusnya sekelas PDNS hanya dibekali Windows Defender.

“Karena performa Windows Defender itu kan basic, dan masa sekelas PDN enggak mampu pakai antivirus selain Windows Defender. Dan tidak ada proteksi tambahan lain seperti Firewall atau Cisco Pix gitu,” ujar Alfons, Jumat (28/06/2024).

Windows Defender diartikan juga sebagai Microsoft AntiSpyware, sejenis perangkat lunak dari Microsoft yang berfungsi melindungi sistem operasi Microsoft Windows dari perangkat pengintai atau serangan siber. Fitur keamanan yang satu ini juga menyediakan layanan gratis untuk proteksi, jadi tak semuanya berbayar.

Menurut Alfons, seharusnya admin PDNS sekelas institusi besar paham dengan pengaturan keamanan untuk sistem lebih terproteksi atau aman.

“Asalkan mereka (admin) menerapkan pengaturan yang konservatif, harusnya relatif sama tingkat keamanannya. Pengaturan konservatif ini macam-macam, misalnya menutup port yang tidak perlu, lalu monitoring akses, atau tidak mengaktifkan layanan lain, macam-macam lah,” ujar Alfons.

Pakar telematika Roy Suryo juga menyoroti serangan ransomware yang dialami Pusat Data Nasional Sementara (PDSN) 2 di Surabaya.

Roy Suryo menilai penggunaan Windows Defender ini terlalu sepele jika digunakan untuk server yang bersifat negara dan sekelas pemerintah seharusnya menggunakan standar suatu sistem.

“Windows Defender itu sangat terlalu sepele kalau digunakan untuk server bersifat negara seperti sekarang ini. Harusnya menggunakan standar TIER standar suatu sistem,” tuturnya, di salah satu wawancara di TV swasta beberapa waktu yang lalu.

Roy Suryo menambahkan, lemahnya sistem keamanan di Indonesia dikarenakan dua faktor yakni teknis dan non-teknis. Untuk faktor teknik, Roy menilai Indonesia tidak update terhadap teknologi.

“Kita kurang update terhadap teknologi, sistem pengamanan, sistem proteksi seperti yang katanya kita hanya pake Windows Defender. Seperti yang saya katakan, kita harusnya sudah pakai ISO 27001,” ungkapnya. (AHK)

xAyu Octa Lip care Serum