Usai pengumuman serangan siber oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) tersebut, Warganet melalui media sosial X (sebelumnya Twitter), ramai-ramai menyoroti bahkan menyindir penggunaan antivirus gratis (Windows Defender) untuk melindungi keamanan Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 yang jadi korban serangan siber ransomware.
“Server sekelas PDNS mestinya sudah pakai level security endpoint protection platform (EPP) dan endpoint detection response (EDR), Windows Defender mah buat apaan,” kata akun @en***.
“Ya ampuun, data publik se-Indonesia cuma dijaga pake Aplikasi Gratisan Windows?” tulis akun @Al****.
Warganet lain juga menyindir bahwa sistem Windows yang digunakan PDNS2 dibeli di e-commerce harganya hanya Rp25 ribu.
“Itu Windows-nya palingan juga beli key di toko oren/ijo Rp25.000 dan anggarannya di tulis Rp2,7 triliun,” tulis akun @Th****.
“Mosok Window Defender, anggaran triliunan cuman pakai bawaan Windows? Ini serius ada indikasi pelanggaran korupsi,” cuit akun @jol***
Sementara itu, Pengamat keamanan siber Vaksincom, Alfons Tanujaya juga mempertanyakan penggunaan Windows Defender yang digunakan di Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2.
“Karena performa Windows Defender itu kan basic dan masa sekelas PDN nggak mampu pakai antivirus selain Windows Defender, dan tidak ada proteksi tambahan lain seperti firewall atau Cisco Pix gitu,” ujar Alfons, Rabu (26/06/2024).
“Kalau ada dari situ kan bisa dilacak trace dan usaha masuknya. Kita semua ketahui, ransomware setiap kali menyerang akan menyamarkan dirinya mengubah kompilasinya atau codingnya dan antivirus apapun termasuk Windows defender akan kesulitan mengidentifikasi nya,” tambahnya. (AHK)