Upacara sambutan ini diawali dengan nyanyian tradisional lagu persi untuk memperkenalkan perkumpulan lenong beserta personil yang akan pentas.
Tak lupa, para pemain juga memberikan ungkapan terima kasih kepada tuan rumah yang mengundang mereka. Barulah acara memasuki inti sandiwara yang dimainkan babak demi babak disisipi hal-hal yang bersifat humor dan diiringi musik.
Lawakan dan musik tersebut sebagai penanda bahwa pentas resmi dimulai, dan para pemain masuk ke arena pertunjukan dari sebelah kiri lalu keluar dari sebelah kanan, sementara penonton melihat hanya dari bagian depan.
Cerita yang diangkat dalam Kesenian Lenong ini memiliki pesan moral, yaitu menolong orang yang lemah, membenci kerakusan serta perbuatan tercela.
Dan tak jarang pula materi-materi humor yang di pertunjukan pada kesenian ini berisikan sindiran dan kritik pada kaum penjajah Hindia Belanda yang konon kala itu masyarakat Betawi merasa tertekan, sehingga mereka melampiaskannya dalam wujud humor dan sindiran terhadap kondisi ekonomi dan sosial politik yang ada.
Terlepas dari berbagai versi, perjalanan sejarah dan asal-usulnya, pertunjukan Kesenian Lenong ini dari jaman ke jaman mengalami perkembangan yang pesat dan menjadi bagian dari perjalanan bangsa Indonesia sejak tahun 1920-an hingga tahun 1950-an, Kesenian Lenong menjadi pertunjukan yang sangat diminati oleh masyarakat.
Kemudian, pada era tahun 1970-an dan 1990-an pertunjukan khas betawi ini mulai masuk ke panggung-panggung pertunjukan modern yang mana salah-satu tokoh pentolan pertunjukan jenis ini yang terkenal di televisi kala itu adalah Haji Bokir. (AHK)