Selasa, 26 Nov 2024
xPasang iklan readnews
Iklan di ReadNews Pasti Untung

Rumah Si Pitung, Saksi Bisu Perlawanan Sang Legenda Betawi

waktu baca 3 menit
Sabtu, 1 Jun 2024 18:36 0 473 Abd Latif

READNEWS.ID, JAKARTA – Rumah Si Pitung adalah sebuah tempat bersejarah yang menjadi ikon keberanian dan keadilan di Jakarta.

Pasang Iklan

Rumah ini bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi juga merupakan simbol perlawanan terhadap ketidakadilan pada masa kolonial Belanda dan dengan keberaniannya, Si Pitung menjadi legenda yang dikenang oleh banyak orang hingga sekarang.

Sejarah rumah ini dimulai pada abad ke-19, ketika Indonesia masih dijajah oleh Belanda. Jakarta, atau yang dulu dikenal sebagai Batavia adalah pusat pemerintahan kolonial Belanda.

Di tengah ketidakadilan yang dialami oleh rakyat pribumi pada saat itu, lahirlah tokoh legendaris yang dikenal dengan nama Si Pitung.

Pasang Iklan

Si Pitung, atau nama aslinya Raden Mas Said, lahir di Kampung Pulo, Jakarta pada tahun 1862. Dia dibesarkan dalam lingkungan yang keras dan penuh dengan ketidakadilan.

Sejak kecil, Si Pitung telah menyaksikan bagaimana rakyat pribumi diperlakukan dengan tidak adil oleh penguasa kolonial Belanda. Hal ini memicu keinginannya untuk melawan ketidakadilan dan membela rakyat jelata, Dan rumah Si Pitung menjadi saksi bisu sejarah dari perjuangannya melawan penindasan.

Terletak di Kampung Makassar, kawasan yang pada masa itu dipenuhi oleh masyarakat pribumi yang hidup dalam kemiskinan, rumah ini menjadi markas bagi Si Pitung dan rekan-rekannya dalam melancarkan aksi-aksi perlawanan terhadap penjajah.

Di dalam rumah ini, Si Pitung dan rekan-rekan-rekannya merencanakan berbagai aksi perlawanan, seperti pemerasan terhadap para pedagang kaya Belanda yang seringkali menindas penduduk setempat.

Selain menjadi tempat perlindungan bagi Si Pitung, rumah ini juga menjadi tempat berkumpulnya para penduduk setempat yang ingin melawan ketidakadilan.

Di dalam rumah ini, terjalinlah solidaritas dan semangat persatuan untuk melawan penindasan, meskipun dalam kondisi yang sulit.

Namun, keberanian Si Pitung tidak luput dari perhatian pemerintah kolonial Belanda. Mereka melakukan berbagai upaya untuk menangkap Si Pitung dan menghancurkan basis perlawanannya. Namun, Si Pitung selalu berhasil lolos dari jeratan penjajah, bahkan di dalam labirin rumahnya sendiri.

Puncak dari perlawanan Si Pitung terjadi pada tahun 1908, ketika Belanda melakukan razia besar-besaran terhadap rumah-rumah di Kampung Makassar. Meskipun rumah Si Pitung berhasil bertahan dari serangan tersebut, namun Si Pitung sendiri tertangkap dan akhirnya dihukum mati oleh pemerintah kolonial saat itu.

Rumah Si Pitung terkenal dengan struktur bangunannya yang sederhana namun kokoh. Dinding-dindingnya terbuat dari bambu dan atapnya dari daun kelapa, menciptakan suasana yang ramah namun tak terlihat oleh mata-mata Belanda.

Kemudian, pemerintah Indonesia melakukan renovasi dengan meninggikan bangunan setinggi 4 meter (agar terhindar dari air laut yang pasang), mengganti lantai aslinya yang tadinya terbuat dari bilah-bilah bambu lalu diganti dengan kayu.

Dua tahun kemudian dilakukan renovasi kembali oleh Dinas Kebudayaan Jakarta Utara dengan memberi pagar yang mengelilingi bangunan rumah Si Pitung dan sejak tahun 1970-an pemerintah Jakarta memutuskan untuk mengubahnya menjadi museum.

Setelah kematiannya, rumah Si Pitung tetap menjadi simbol perlawanan dan keberanian. Meskipun telah berpuluh-puluh tahun berlalu, namun cerita tentang Si Pitung dan rumahnya tetap hidup dalam ingatan masyarakat Jakarta. Banyak yang menganggap rumah Si Pitung sebagai tempat suci yang harus dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari sejarah perjuangan bangsa.

Rumah Si Pitung yang berlokasi di Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing Jakarta Utara kini menjadi saksi bisu dari sejarah sang legenda Betawi yang tak lekang oleh waktu. (AHK)

xAyu Octa Lip care Serum