Tapi untuk itu, harus ada keberanian untuk berubah.
Berani mengakui bahwa selama ini festival berjalan tanpa arah.
Berani mengukur apa yang berhasil, dan apa yang gagal.
Festival Danau Poso seharusnya tidak hanya menampilkan budaya tetapi menghidupkan ekonomi.
Bukan sekedar tentang tari dan musik, tapi tentang harapan yang bisa dirasakan di pasar, di warung, di hotel kecil, dan di rumah-rumah penduduk.
Kalau itu bisa diwujudkan, barulah FDP benar-benar menjadi kebanggaan.
Bukan sekadar meriah, tapi menghidupi.
Tiga dekade Festival Danau Poso.
Meriah, iya.
Tapi berdampak? Belum.
Dan selama itu belum terjadi, FDP akan tetap menjadi seremoni panjang yang tak berdampak. Yang seharusnya menjadi denyut ekonomi baru di jantung Sulawesi Tengah.
Penulis: Dr. Ir. Ihksan Syarifuddin, ST., M.M.
(Pemerhati ekonomi dan pariwisata Sulawesi Tengah, Wakil Ketua KADIN Kota Palu)



 
											
 
																	
															 
															 
															 
															 
							 
							 
							 
							 
								 
								 
								 
								 
								

