Gilang menilai Ganjar Pranowo telah belajar dari debat sebelumnya, di mana dia disebut tidak jelas dalam posisi mendukung atau berlawanan dengan pemerintah.

“Ketidakjelasan positioning menggerus suaranya, jadi sepertinya saya melihat ia bersikap. Sikap yang jelas ini harapannya menarik simpati pemilih,” ujarnya.

Meski dapat menarik simpati pemilih, Gilang menjelaskan mendekati pemilu semua mulai memiliki pilihan. Kalau lihat beberapa hasil survei pemilih yang undecided rata-rata di bawah 10.

“Jadi ini mungkin saja, tetapi yang diperebutkan juga kecil karena ini,” ucapnya.

Adapun calon presiden nomor urut 1 Anies Rasyid Baswedan, lanjut Gilang, tetap konsisten dengan strateginya sebelumnya. Bedanya, pada debat kali ini Anies lebih prontal dengan menyerang sejak awal.

“Gagasan yang dia bawa kan sejak awal memang clear, dan cara-cara kampanye yang lebih terbuka mulai berdampak ke suaranya,” ucap Gilang.

Dia memandang, gaung Anies mulai menguat meskipun ya masih di kalangan tertentu saja, sebut saja di kelompok media sosial X.

Sementara untuk calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto, Gilang mengatakan harusnya tema debat yang meliputi pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri dapat dilahap dengan mudah.

“Saya lihat serangan-serangan dari kedua capres ini menggetarkan Pak Prabowo yang mestinya akan melahap tema ini. Lebih banyak terpancing emosi,” tuturnya.

Kemudian, Pengamat Politik Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Kupang Ahmad Atang menilai calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan menunjukkan dirinya sebagai anti rezim saat ini. Anies kerap menggunakan program alat utama sistem senjata (alutsista) di Kementerian Pertahanan sebagai dasar untuk menyerang capres nomor urut 2 Prabowo Subianto.

“Anies Baswedan menggunakan kasus Alutsista sebagai dasar untuk membedah aspek pertahanan yang selama ini digunakan oleh Prabowo sebagai menteri pertahanan. Hampir setiap season debat kasus ini selalu diangkat,” jelas Atang (7/1/2024).

Atang berpendapat Prabowo lebih menguasai panggung debat tadi malam dibanding pada debat perdana antar-capres. Atang melihat Prabowo yang mantan tentara sekaligus sebagai Menteri Pertahanan menunjukkan lebih nasionalis dalam mengelola pertahanan.

“Sebagai mantan TNI, Prabowo menunjukan rasa nasionalismenya dalam mengelola pertahanan. Walau begitu, Prabowo terkesan selalu hati-hati dalam merespons pertanyaan maupun memberi jawaban. Karena, aspek ini tidak sepenuh harus dibuka karena terkait dengan kepentingan bangsa dan negara,” ujarnya.

Sementara capres nomor 3 Ganjar Pranowo, menurut Atang, dalam debat ketiga sangat menguasai tema yang diangkat maupun pertanyaan yang dilontarkan dari capres lain. Ia menilai gagasan yang dibangun oleh mantan Gubernur Jawa Tengah itu lebih menjawab terkait isu atau persoalan yang dibahas dalam debat.

“Gagasan Ganjar lebih menjawab persoalan yang dibahas. Concern Ganjar terhadap pertahanan dan keamanan sebagai kekuatan dan strategi dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara,” jelas Atang.

Meski demikian, Atang menjelaskan debat capres semalam lebih dinamis ketimbang debat pertama sebelumnya. Ia menyebut debat kali ini lebih mengeksplorasi kelemahan capres lain ketimbang visi dan misi sesuai tema debat.

“Debat lebih mencari kelemahan pasangan lain dibandingkan mengelaborasi visi dan misi dalam bidang pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik,” bebernya. (AHK)