READNEWS.ID, JAKARTA – Kastil Batavia, adalah sebuah ikon dari masa kolonial Belanda di Indonesia, bangunan yang melambangkan kekuasaan, perdagangan, dan transformasi budaya.
Terletak di Jln.Tongkol, Kelurahan Ancol, Kecamatan Pademangan Jakarta Utara Kastil ini seakan menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa sejarah masa lalu.
Kastil Batavia dibangun pada tahun 1619 oleh Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), perusahaan dagang Belanda yang mendominasi perdagangan di wilayah Hindia Timur.
Lokasinya yang strategis, yang terletak di muara Sungai Ciliwung, membuatnya menjadi pusat perdagangan yang penting bagi VOC dan sebagai benteng pertahanan untuk melindungi dari serangan musuh dan sekaligus difungsikan menjadi pusat administrasi.
Kastil Batavia pada masa kolonial Belanda adalah sebuah kompleks besar yang terdiri dari bangunan-bangunan penting seperti kantor administrasi, gudang penyimpanan, rumah-rumah untuk pejabat VOC, dan tentu saja disertai dengan dinding pertahanan yang kokoh sebagaimana arsitektur Eropa yang khas pada saat itu.
Kastil Batavia pada masa itu adalah pusat kegiatan ekonomi dan politik yang sibuk. Di sekitarnya, terdapat pasar-pasar tradisional, pelabuhan-pelabuhan perdagangan, dan permukiman padat.
Namun seiring berjalannya waktu, peran dan kondisi Kastil Batavia mengalami perubahan yang signifikan.
Kini Kastil Batavia menjadi tempat parkir truk-truk kontainer dan bila hujan, lapangan yang dikelilingi rumah-rumah warga, gudang, dan deretan ruko itu menjadi becek dan banyak genangan air. Ditambah lagi kondisi bangunan Kastil Batavia yang sekarang boleh dibilang kurang mendapat perhatian. Selain lumut, rumput ilalang dan akar-akar pohon besar juga menjalar kuat di tembok bangunan Kastil yang memungkinkan dapat merusak struktur bangunan yang masih tersisa.
Dikutip dari National Geographic Indonesia, Salah satu Arkeolog dan peneliti, Wanny Rahardjo pernah melakukan Ekskavasi penggalian diarea Kastil Batavia, mengungkapkan ternyata memang masih banyak ditemukan sisa-sisa keramik China, botol-botol minuman, pipa rokok gouda untuk mengisap tembakau serta reruntuhan batu bata dan bastion besar yang masih terkubur didalam tanah.
“Selain ditemukan keramik-keramik china, botol-botol dan pipa rokok, yang kita gali tempo hari itu ada bagian juga dari sampel untuk salah satu bastion, Dan ternyata memang masih ada ditemukan sisa-sisa dari reruntuhan bastion, yang adalah bagian dari yang menjorok di setiap sudut sebuah benteng atau kastel.” ujar Wanny.
Berdasarkan literatur sejarah, Kastel Batavia memiliki empat bastion yang semuanya dinamai batu pertama, yaitu Saphir, Parel, Robijn, dan Diamant.
Bastion tersebut diyakini menjadi tempat tinggal para perwira VOC yang ditugasi menjaga pertahanan kastel.
“Dalam bastion itu, kalo kita pelajari dari peta-peta lama yang kami peroleh, itu adalah khusus untuk mayor. Nanti ada bastion lagi untuk kapten dan pejabat tertentu,” imbuh Wanny.
Pakar sejarah dari Universitas Indonesia, Bondan Kanumoyoso (Penulis buku “Beyond the City Wall: Society and Economic Development in the Ommelanden of Batavia, 1684-1740″) mengungkapkan Kastil Batavia pernah digunakan hingga akhir abad ke-18, sebelum akhirnya dibongkar oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels di permulaan abad ke-19 dalam rangka perluasan Kota Batavia.
“Jadi bekas kastel itu sangat mungkin di bagian pondasinya sudah tertutup tanah dan di bagian atasnya sudah diratakan oleh Daendels. Batunya dihancurkan, kemudian materialnya dibuat untuk membangun bangunan di sekitar Lapangan Banteng yang kemudian menjadi Istana Daendels yang sekarang menjadi Kantor Kementerian Keuangan Jakarta,” ujar Bondan.
Dari sini kita dapat menarik kesimpulan, Kastil Batavia tidak hanya menjadi sebuah bangunan bersejarah, tetapi juga merupakan simbol dari masa lalu yang kompleks dan transisi perjalanan panjang bangsa Indonesia.
Dengan mempelajari sejarah Kastil Batavia, kita dapat lebih memahami tentang masa lalu Indonesia, serta menghargai warisan budaya yang kaya dan beragam dari masa lalu.
Kastil ini juga memberikan kesempatan bagi generasi masa kini untuk merenungkan tentang arti pentingnya kemerdekaan, toleransi, dan persatuan dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi bangsa ini. (AHK)