READNEWS.ID, JAKARTA – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akhirnya menyampaikan pidatonya setelah Partai Demokrat hengkang dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan dan sekaligus mencabut dukungan buat bakal calon presiden (capres) Pemilu 2024, Anies Baswedan.
Berikut pidato lengkap AHY di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (4/9).
“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarrakatuh”,
“Salam sejahtera untuk kita semua, shalom, om swastiastu namo budaya, salam kebajikan. Para pengurus, kader, dan simpatisan Partai Demokrat serta seluruh rakyat Indonesia yang saya cintai dan banggakan. Terima kasih secara khusus saya sampaikan kepada teman-teman media, insan pers yang telah berkenan hadir di Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat hari ini, Baru saja saya memimpin rapat pleno pengurus Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat. Saya ingin menyampaikan beberapa hal sebagai respons terhadap perkembangan situasi politik terkini, juga sekaligus untuk mengklarifikasi sejumlah pemberitaan yang tidak benar. Apakah itu hoaks, atau pemutarbalikan fakta yang beredar belakangan ini di berbagai media, termasuk media sosial”,
“Pada kesempatan yang baik ini, saya tidak lagi akan membahas secara detail atau kronologis karena semua telah disampaikan secara gamblang sebelumnya. Pertama, melalui press release Sekertaris Jenderal Partai Demokrat, Bung Teuku Riefky Hasya, pada hari Kamis tanggal 31 Agustus 2023. Yang kedua, pada rapat atau sidang Majelis Tinggi Partai Demokrat yang digelar pada hari Jumat, tanggal 1 September 2023, di mana Ketua MTP, yaitu Bapak SBY, yang secara langsung memimpin juga menyampaikan sikap dan posisi Partai Demokrat terkait dinamika politik yang terjadi begitu cepat dan mengejutkan, khususnya tentang nasib dan masa depan Koalisi Perubahan untuk Persatuan. Saya bisa memahami dan merasakan apa yang ada di hati dan pikiran para kader Demokrat, berkecamuk juga beraduk antara marah, kecewa, juga sedih”.
“Ada yang memilih untuk diam, tapi tidak sedikit yang kemudian mengekspresikannya di ruang ruang publik. Sekali lagi saya bisa merasakannya. Namun, saya bisa mengajak kita semua untuk sabar dan ikhlas menerima kenyataan ini. Pasti ada rencana Tuhan yang jauh lebih baik untuk kita semua. Mungkin saat ini kita belum tahu persis apa bentuknya, tapi yang jelas sebagai pemimpin, sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, saya bangga sekaligus terharu atas ketegaran, kesetiaan, soliditas, dan solidaritas seluruh kader dan simpatisan Partai Demokrat dalam menghadapi ujian dan tantangan ini Saya juga berterima kasih karena itu semua yang telah membuat perahu besar ini tetap kokoh ditengah tengah badai. Saya juga menyampaikan terima kasih secara tulus kepada para tokoh, para sahabat, dan berbagai kalangan masyarakat Indonesia yang telah menyampaikan simpati, doa, serta harapan baiknya untuk saya pribadi dan Partai Demokrat”,
“Selanjutnya, saya mengajak seluruh kader Partai Demokrat agar tetap tenang dan berfikir jernih. Kita tidak akan patah oleh ganjalan politik sekeras apa pun, meskipun kita juga tidak akan berkompromi pada konspirasi politik securang apa pun. Saya juga mengajak kita semua untuk bersyukur karena Allah Subhanahuwata’ala masih sayang kepada kita. Bisa jadi ini adalah cara Tuhan untuk menyelamatkan kita dari hal-hal yang lebih buruk. Saya tahu, para kader Demokrat marah dan kecewa, marah dan kecewa bukan karena ketumnya tidak menjadi cawapres, tapi karena perjuangan Demokrat telah dilukai oleh mereka yang tidak jujur, serta telah melanggar komitmen dan kesepakatan. Bagi Demokrat, ini sesuatu yang fundamental. Kita merasakan dalam hiruk pikuk politik menuju Pemilu 2024, seolah etika, integritas pribadi, dan komitmen politik menjadi tidak lagi penting dan relevan dalam mencapai tujuan. Ini yang justru menebalkan keyakinan politik saya bahwa perubahan benar-benar diperlukan, karena demokrasi yang sejati hanya bisa terawat dan tetap eksis jika hal-hal mendasar tadi tetap dipertahankan. Pengalaman di TNI mengajarkan kepada kami untuk senantiasa memegang teguh nilai dan etika keperwiraan. Hal ini adalah modal utama bagi seorang prajurit dalam mengemban tugas apa pun. Dalam kondisi perang saja, kami diwajibkan ketika itu untuk mematuhi etika dan aturan sehingga perang bukan hanya soal kill or to be killed, bukan hanya seolah hanya tentang menang atau kalah, tetapi juga soal cara untuk bisa memenangkan peperangan tersebut”.