written by M. Rizky Hidayatullah

Bab 1.2
Perjalanan Baru di Palu

Adhi membuka matanya perlahan. Cahaya matahari menembus jendela kamar, menyinari ruangannya dengan lembut. Ia meregangkan tubuhnya, merasakan sisa-sisa kantuk yang masih menggantung di kelopak matanya.

Ia menghela napas panjang. Pikirannya masih dipenuhi rencana-rencana besar tentang bisnis event organizer yang akan ia bangun di Palu. Namun, sebelum semua itu terwujud, ia harus menyelesaikan beberapa hal penting, termasuk legalitas perusahaan yang tengah diurusnya di kantor Notaris Charles.

Adhi bangkit dari tempat tidur dan melangkah keluar kamar. Aroma pepes ikan mujair menyeruak dari dapur, membuat perutnya yang masih kosong berbunyi pelan. Di ruang tengah, ibunya tengah sibuk menyiapkan makan siang.

“Kamu sudah bangun, Nak?” tanya ibunya seraya menatapnya dengan senyum hangat.

Adhi mengangguk. “Iya, Bu. Aku lapar banget. Tadi mimpi makan, tapi nggak kenyang-kenyang,” candanya sambil tertawa kecil.

Ibunya tertawa dan menyendokkan nasi ke piring. “Ya sudah, sini makan dulu. Mumpung masih hangat.”

Adhi duduk di meja makan, menikmati hidangan yang disiapkan ibunya. Pepes ikan mujair yang lembut, sambal tomat yang pedas manis, dan lalapan segar menjadi menu yang begitu memanjakan lidahnya. Ia tak bisa menahan diri untuk memuji masakan ibunya.

“Bu, ini enak banget! Rasanya kayak dulu waktu aku masih kecil,” katanya dengan mulut penuh makanan.

Ibunya tersenyum bangga. “Ya iyalah, kan kamu suka. Makanya Ibu masakin.”

Setelah makan siang, Adhi membantu ibunya mencuci piring dan merapikan meja makan. Ia ingin membalas semua kebaikan ibunya, sekecil apa pun bentuknya.

“Bu, aku mau keluar sebentar nanti sore. Ada beberapa teman yang ingin kutemui. Mungkin mereka bisa membantuku dalam bisnis event organizer ini.”

Ibunya mengangguk. “Hati-hati ya, Nak. Kamu sudah punya gambaran mau mulai dari mana?”

Adhi menghela napas. “Aku masih menyusun proposal acara pertamaku di Palu. Aku ingin membuat event yang bisa menarik perhatian anak muda di sini.”

Ibunya tersenyum. “Ibu yakin kamu bisa. Kamu memang selalu punya bakat dalam hal ini.”

Setelah itu, Adhi bersiap-siap untuk bertemu dengan beberapa temannya yang dulu pernah tinggal di Palu. Ia yakin, jaringan yang ia bangun selama ini akan membantunya memulai bisnis di kota ini.

Adhi mengendarai motornya menuju sebuah kafe tempat ia akan bertemu dengan Bayu, teman lamanya yang kini menjadi seorang pebisnis muda di Palu. Bayu memiliki beberapa koneksi penting di bidang perizinan dan sponsor event, sesuatu yang sangat dibutuhkan Adhi untuk memulai langkah pertamanya.

Saat tiba di kafe, Bayu sudah menunggunya di salah satu sudut dengan secangkir kopi di tangan. Wajahnya terlihat antusias melihat Adhi datang.

“Wah, Adhi! Lama nggak ketemu, Bro!” Bayu bangkit dan menjabat tangan Adhi erat.

“Iya, lama banget kita nggak ketemu. Gimana kabarmu?” tanya Adhi sambil duduk.

“Baik, masih sibuk dengan bisnis. Kamu sendiri gimana? Tiba-tiba balik ke Palu, ada rencana apa?”

Adhi tersenyum. “Aku mau mulai bisnis event organizer di sini. Aku pikir Palu punya potensi besar untuk industri hiburan dan acara.”

Bayu mengangguk setuju. “Itu ide bagus, Bro. Di sini memang butuh lebih banyak event yang bisa menarik perhatian anak muda. Tapi kamu sudah punya rencana detail? Sponsor? Venue?”

Adhi mengeluarkan catatan kecil dari tasnya. “Aku sedang menyusun konsep acara pertama. Acara ini dalam rangka Hari Ulang Tahun Kelurahan Birobuli Selatan yang ke sepuluh. Aku ingin membuat pagelaran musik indie band. Aku butuh bantuanmu untuk menghubungkan dengan beberapa sponsor dan perizinan acara.”

Bayu mengangguk sambil membaca catatan Adhi. “Bisa, aku kenal beberapa orang yang mungkin tertarik. Kita bisa coba atur pertemuan dengan mereka.”

Percakapan mereka terus berlanjut, membahas strategi dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mempersiapkan event pertama Adhi di Palu. Ia merasa semakin optimis dengan masa depannya di kota ini.

Beberapa minggu berlalu. Adhi sibuk mengurus berbagai persiapan untuk event pertamanya. Ia berhasil mendapatkan sponsor, mengurus perizinan, dan mencari lokasi yang tepat untuk acara tersebut. Semangatnya semakin membara, terutama setelah melihat dukungan dari orang-orang terdekatnya.

Hari yang dinanti pun tiba. Pagelaran Musik Indie dalam rangka HUT Kelurahan Birobuli yang ke-10 resmi digelar. Ratusan grup band indie dari seluruh Kota Palu turut serta dalam ajang ini. Arena yang disiapkan penuh sesak oleh para penonton yang antusias.

Lampu-lampu panggung berpendar, suara musik menggema di seluruh area. Acara yang berlangsung dari Pagi hingga dini hari ini menjadi pesta bagi para pecinta musik indie. Adhi yang berdiri di sisi panggung memperhatikan semuanya dengan penuh kebanggaan.

“Luar biasa, Bro! Acara ini sukses besar!” kata Bayu sambil menepuk bahu Adhi.

“Iya, ini di luar ekspektasi. Aku nggak nyangka akan seramai ini,” jawab Adhi, matanya berbinar.

Salah satu perwakilan sponsor mendekat dan mengulurkan tangan. “Terima kasih, Adhi. Penjualan produk kami hari ini luar biasa. Kami ingin bekerja sama lagi di event berikutnya!”

Adhi tersenyum lebar. “Saya sangat senang mendengarnya. Kita pasti bisa merencanakan sesuatu yang lebih besar lagi.”

Kesuksesan ini menjadi titik balik bagi Adhi. Ia kini semakin dikenal di Kota Palu sebagai seorang event organizer berbakat. Dengan semangat yang membara, ia mulai merancang acara-acara yang lebih besar.

Ibunya dan keluarganya bangga melihat pencapaiannya. Hari demi hari, relasi dan kenalan Adhi semakin bertambah. Kepercayaan dari klien pun mulai mengalir deras. Dari keterpurukan, Adhi kini bangkit menuju masa depan yang lebih gemilang.

Malam itu, setelah acara berakhir, Adhi duduk di teras rumahnya, menikmati angin malam yang sejuk. Ia menatap bintang-bintang di langit dan tersenyum puas. Ia tahu, ini baru permulaan. Masih banyak tantangan di depan, tetapi ia siap menghadapinya.

Dengan keyakinan dan tekad yang kuat, Adhi bersumpah dalam hati: ia akan terus maju, menciptakan event-event luar biasa, dan membawa kebahagiaan bagi banyak orang.

Perjalanan barunya di Palu baru saja dimulai.

(bersambung)