READNEWS.ID, JAKARTA – Indonesia diperkirakan akan menghadapi lonjakan inflasi pada Maret 2025, yang dipengaruhi oleh berakhirnya diskon tarif listrik 50% dan peningkatan permintaan selama Ramadan.
Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi Maret pada Selasa (8/4). Menurut konsensus pasar yang dihimpun dari 11 institusi, Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan ini diproyeksi meningkat 1,7% secara bulanan (mtm) dan 1,09% secara tahunan (yoy).
Lonjakan ini diprediksi sebagai dampak langsung dari pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) dan normalisasi tarif listrik, meski diskon tarif tol dan tiket pesawat masih berlaku.
Diskon tarif listrik 50% yang berlaku Januari hingga Februari 2025 telah berakhir.
Program ini sebelumnya menyasar lebih dari 81 juta pelanggan PLN berdaya listrik rendah, memberikan stimulus daya beli yang signifikan bagi masyarakat. Namun, tanpa kelanjutan program tersebut, daya beli mengalami tekanan.
Selain tarif listrik, beberapa komoditas seperti rokok, emas perhiasan, BBM non-subsidi, dan bahan pangan seperti beras, gula, minyak goreng, serta cabai merah juga menjadi pemicu inflasi.
Kepala Ekonom Maybank, Juniman, menyebut bahwa kenaikan harga di sektor ini memperkuat tekanan inflasi bulan Maret.
Jika inflasi bulanan mencapai 1,7% seperti yang diproyeksi, ini akan menjadi kenaikan tertinggi sejak Desember 2014.
Kala itu, kebijakan subsidi BBM yang baru memicu lonjakan inflasi hingga 2,46% secara bulanan.