“(Makanya) Desa Pombakka ini sangat butuh perhatian, khususnya untuk penanganan tanggul yang ada,” kata Asdar.

Tanggul yang dimaksud Asdar adalah yang membentengi pemukiman warga dari aliran sungai Rongkong yang belakangan ini memiliki debit air yang lebih besar.

“Pertahanan Desa Pombakka hanya tanggul. Kapan tanggulnya jebol maka kami masyarakat (akan) kehilangan mata pencarian (akibat banjir),” bebernya.

Hal tak jauh berbeda dijelaskan oleh Sekretaris Desa Lembang-Lembang, Kecamatan Baebunta Selatan, Kabupaten Luwu Utara.

Dikatakan Masriadi, banjir yang terjadi disebabkan oleh jebolnya tanggul Sungai Rongkong sejak 26 Maret 2024 lalu.

“Banjirnya sudah lama, sejak 26 Maret. Sebagian besar masyarakat kami mengungsi ke luar desa, namun masih ada juga yang harus tinggal menunggui rumah meski tergenang air,” jelasnya.

Menurut Masriadi, warga sudah beberapa kali meminta kepada pemerintah agar persoalan tanggul bisa segera dituntaskan, namun tak urung ada kejelasan hingga saat ini.

“Bahkan sudah pernah ada orang Balai yang datang meninjau. Tapi kata mereka, sulit untuk melakukan perbaikan jika genangan air masih tinggi. Mungkin terkait mobilitas alat berat ya,” gumamnya.