READNEWS.ID, MORUT – Ketua Dewan Adat Wita Mori periode 2023-2028, Julius Pode menyampaikan kegundahannya terhadap permasalahan yang tengah menimpa perusahaan, PT Agro Nusa Abadi (ANA), perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Morowali Utara.
Ia menyampaikan bahwa maraknya klaimer yang mengaku pemilik lahan dan memanen buah kelapa sawit yang ditanam PT ANA menyebabkan gangguan di masyarakat.
“Orang kalau bekerja atau hidup tidak nyaman berarti otomatis terganggu kan, Pak,” ujar Julius Pode saat ditanya apa yang dirasakan masyarakat saat ini.
Ia bersama masyarakat, khususnya di Desa Bunta, sudah merasa sangat geram atas apa yang dilakukan para klaimer. Sebab, bukan hanya lahan yang dikelola PT ANA, lahan plasma milik masyarakat desa juga sudah ikut dijarah secara masif.
Padahal, dari lahan plasma seluas 276,8 ha itulah masyarakat Desa Bunta merasakan hasil dari kebun sawit kerja sama dengan perusahaan. Perusahaan dianggap memberi manfaat bagi masyarakat.
Julius Pode juga mengakui sekaligus merasakan sendiri dampak hadirnya PT ANA. Baginya, dengan masuknya PT ANA sudah mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat, terbukanya lapangan pekerjaan, peningkatan ekonomi, bantuan kesehatan, dan lain-lain.
Ia bahkan mengaku sebagai salah satu tokoh dari masyarakat yang mendorong hadirnya perkebunan kelapa sawit itu di Morowali Utara (sebelumnya kabupaten Morowali) pada tahun 2006 saat masih menjabat sebagai Kepala Kesbang.
“Waktu pembukaan dulu, potong sapi kita bersama lembaga adat dan masyarakat,” tuturnya mengenang.
Julius Pode juga yang dulu berusaha sekuat tenaga meyakinkan orang-orang trans untuk bertahan. Dorongan untuk “pulang ke kampung halaman” dan meninggalkan Morowali sebagai daerah transmigrasi memang sangat kuat mengingat waktu itu masyarakat belum memiliki penghasilan. Salah satu optimisme Julius, para trans dan masyarakat akan berhasil karena ada perusahaan yang akan beroperasi, yaitu PT ANA.
Waktu yang berlalu membuktikan keyakinan Julius Pode. Perubahan mulai terjadi ketika PT ANA mulai masuk. Ia mengaku masih ingat dengan persis langkah “win-win solution” antara PT ANA dan masyarakat sehingga dibukalah kesempatan, termasuk perencanaan pembebasan tanah.