READNEWS.ID, EKOBIS – Pembangunan Taman Safari di Ibu Kota Nusantara (IKN) resmi direncanakan dimulai pada akhir tahun 2025.

Proyek ini diproyeksikan menjadi pusat rekreasi dan edukasi tentang keanekaragaman satwa Nusantara, sekaligus memperkuat komitmen Indonesia dalam konservasi alam.

Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, menegaskan bahwa taman ini akan menjadi simbol harmonisasi antara pembangunan infrastruktur dan pelestarian lingkungan.

Basuki menjelaskan, persiapan pembangunan telah dimulai dengan berkoordinasi bersama konsorsium yang dipimpin oleh Garibaldi “Boy” Thohir.

Dalam pertemuan terakhir, Boy Thohir menyatakan kesiapan konsorsium untuk memulai konstruksi paling lambat akhir tahun 2025, dengan durasi pembangunan sekitar 2-3 tahun.

“Kami berkomitmen menciptakan destinasi kelas dunia yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujar Basuki melalui keterangan tertulis (9/2).

Lahan seluas 225 hektare telah disiapkan Otorita IKN untuk proyek ini. Lokasi tersebut telah ditinjau langsung oleh tim Taman Safari Indonesia untuk memastikan kesesuaian dengan kebutuhan satwa dan pengunjung.

Selain sebagai tempat wisata, taman ini akan dilengkapi fasilitas riset dan rehabilitasi satwa, memperkuat fungsi edukasi.

Kontribusi Taman Safari Indonesia dalam Konservasi

Taman Safari Indonesia (TSI) telah menjadi pelopor konservasi sejak 1980. Saat ini, TSI mengelola enam lokasi :

  • Taman Safari Bogor.
  • Jakarta Aquarium Safari.
  • Taman Safari Bali.
  • Taman Safari Prigen (Jawa Timur).
  • Taman Safari Solo.
  • Safari Beach Batang (Jawa Tengah)

Dengan koleksi lebih dari 9.325 satwa dari 409 spesies, TSI berhasil menarik 6 juta pengunjung per tahun. Prestasi konservasinya pun diakui global, termasuk rehabilitasi dan pelepasliaran ribuan satwa ke habitat alami, seperti orangutan, harimau Sumatera, dan jalak Bali.

Kehadiran Taman Safari IKN tidak hanya menawarkan wisata keluarga, tetapi juga mendukung visi IKN sebagai kota cerdas berkelanjutan.

Taman ini akan menjadi laboratorium hidup untuk pendidikan biodiversitas, kolaborasi dengan universitas, serta pusat penangkaran satwa endemik Kalimantan yang terancam punah, seperti bekantan dan orangutan.

Dengan menggabungkan teknologi hijau dan konsep ramah lingkungan, TSI IKN diharapkan menjadi destinasi unggulan yang meningkatkan daya tarik investasi dan pariwisata di ibu kota baru.

Proyek ini juga berpotensi menciptakan ribuan lapangan kerja lokal, sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem.

Meski demikian, pembangunan di IKN perlu memprioritaskan keseimbangan ekologi, mengingat Kalimantan merupakan habitat penting bagi satwa liar.

Otorita IKN dan TSI telah berkomitmen menggunakan material ramah lingkungan serta menerapkan sistem energi terbarukan untuk meminimalkan dampak negatif.

Dengan progres yang terencana, Taman Safari IKN diprediksi menjadi ikon baru Indonesia di peta konservasi global, memperkuat posisi negara sebagai pemimpin dalam perlindungan biodiversitas.