Terpisah, Giarto ( 45:) pembuat sapu glagah Warga Desa Watukumpul mengatakan hal yang sama, ia mengeluhkan tidak hanya masalah bahan baku saja, akan tetapi tenaga kerja pembuat sapu glagah sekarang juga kesulitan,

“Banyaknya warga yang memilih merantau keluar kota, menjadikan produksi sapu glagah belum bisa memenuhi pasaran” kata Giarto.

” Padahal dalam satu bulan, masing -masing pekerja bisa membuat sapu sampai 100 biji, dengan harga penjualan antara 10 – 15 ribu perbiji, dan ada upah lumayan untuk pekerja” terangnya.

Industri Sapu Glagah di Desa Watukumpul, Kecamatan Watukumpul saat ini mengalami prospek bagus, dengan semakin meningkatnya permintaan pasaran, akan tetapi keterbatasan bahan baku dan kekurangan tenaga kerja menjadi kendala untuk memenuhi permintaan pasar.

Giarato dan Tarno, berharap ada solusi dan peran serta dari Pemerintah setempat, demi tumbuh kembang, sentral industri pembuatan sapu, yang menjadi kebanggaan Kabupaten Pemalang ( Ragil Surono ).