READNEWS.ID, POSO — Sebuah angin segar berembus dari Lembah Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Bukan hanya karena suasananya yang sejuk, tapi karena hadirnya kerja sama besar antara Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan Rotary Club Jepang dalam upaya nyata mengeliminasi schistosomiasis—penyakit tropis yang selama ini mengintai warga di daerah endemik.

Pada Kamis, (24/4), tim gabungan yang dipimpin oleh Kepala Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air Sulteng, Dr. Andi Ruly Djanggola M.Si, melakukan kunjungan kerja bersama delegasi Rotary Club Jepang dan perwakilan Kementerian Kesehatan RI ke enam desa terdampak di Lembah Napu: Kaduwa’a, Maholo, Bumi Banyusari, Dodolo, Alitupu, dan Watutau.

Kedatangan tim disambut langsung oleh Bupati Poso, dr. Verna Gladies Ingkriwang, dengan seremoni adat yang penuh makna. Siga dan Tali Bonto dikenakan kepada tamu kehormatan sebagai simbol ketulusan hati masyarakat Napu. Momen tersebut memperlihatkan bahwa ini bukan sekadar kunjungan kerja, tapi langkah bersama membangun masa depan lebih sehat.

Schistosomiasis, alias demam keong, bukanlah penyakit asing di Napu. Menyelinap lewat genangan air dan siput air tawar, cacing penyebab penyakit ini bisa masuk ke tubuh manusia tanpa disadari. Dan meski ukurannya kecil, dampaknya bisa besar—mengganggu kesehatan masyarakat hingga bertahun-tahun.

Di sinilah pentingnya proyek ini. Dengan hibah senilai lebih dari Rp4 miliar dari Rotary Club Kyoto dan rekan-rekannya (Kyoto Selatan, Sakurai, dan Kashihara), enam desa kini memiliki saluran draenase baru dan masing-masing satu unit hand traktor. Tujuannya jelas: tidak ada lagi air menggenang, tidak ada lagi rumah bagi parasit berkembang biak.

Kedatangan tim disambut langsung oleh Bupati Poso, dr. Verna Gladies Ingkriwang. Kamis, (24/4)

Tak hanya mengandalkan bantuan luar negeri, Pemerintah Provinsi Sulteng juga mengalokasikan anggaran Rp4,3 miliar di tahun 2024 untuk proyek serupa di Desa Winowanga, Tamadue, dan Sedoa. Sebanyak 1.450 meter saluran berhasil dibangun demi mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.

Menurut Dr. Ruly Djanggola, ada 49 titik rawan di tiga desa tersebut yang saat ini menjadi prioritas. “Kita targetkan prevalensi schistosomiasis bisa ditekan hingga di bawah 1%. Dan syukur-syukur, kalau bisa kita basmi sampai tuntas,” ujarnya penuh semangat.

Dalam kunjungan ini, turut hadir perwakilan dari WHO Indonesia, Kementerian Kesehatan RI, serta pimpinan Rotary Club dari Jepang dan Indonesia. Sebuah bentuk kolaborasi global yang menyentuh kehidupan lokal.

Dan bukan hanya saluran air atau alat pertanian yang dibawa pulang dari proyek ini, tapi juga harapan—bahwa ketika dunia bergandeng tangan, bahkan desa kecil di Lembah Napu bisa punya masa depan yang lebih sehat dan lebih kuat.